"Jakarta - Centre
for Strategic and International Studies (CSIS) melakukan survei exit poll dan
quick count Pemilu 2014. CSIS menyimpulkan partisipasi pemilih di Pemilu 2014
meningkat.
"Menurut saya bagus karena ini Pemilu seperti now and never. Naik dari 2009 dulu hanya 70 persen, sekarang 75 persen," kata Philips J. Vermonte, Ketua Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS, di Auditorium CSIS, Gedung Pakarti Center Lantai 3, Jl. Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2013).
Menurut Philips, masyarakat Indonesia peduli politik dan mengerti demokrasi. Sehingga angka golput menurun.
"Perkiraannya tingkat partisipasi (76 persen) tertinggi setelah zaman orba. Tentu menggembirakan dari segi kuantitas. Ada kepedulian terhadap nasib mereka untuk lima tahun ke depan," katanya.
Mengacu pada data tingkat partisipasi pemilih sejak Pemilu 1971, angka Golput terus merangkak naik hingga pesta demokrasi 2009 lalu. Pada Pemilu 1971, partisipasi pemilih mencapai 96,62 persen. Pada Pemilu 1977 turun tipis menjadi 96,52 persen.
Pada Pemilu 1982, menurun ke angka 96,47 persen. Penurunan berlanjut pada Pemilu 1987 yakni menjadi 96,43 persen. Di Pemilu 1992 merosot menjadi 95,06 persen. Penurunan agak tajam terjadi pada Pemilu 1997 yakni menjadi 93,55 persen.
Pada Pemilu 1999, turun lagi ke angka 92,74 persen. Kemudian pada Pemilu 2004, jumlah partisipasi pemilih menurun tajam menjadi 84,07 persen. Nah, pada Pemilu 2009 lalu, terjun bebas ke angka 70,99 persen.
Jadi angka golput di Pemilu 2014 ini turun, satu hal yang patut diapresiasi dari pesta demokrasi di Indonesia."
"Menurut saya bagus karena ini Pemilu seperti now and never. Naik dari 2009 dulu hanya 70 persen, sekarang 75 persen," kata Philips J. Vermonte, Ketua Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS, di Auditorium CSIS, Gedung Pakarti Center Lantai 3, Jl. Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2013).
Menurut Philips, masyarakat Indonesia peduli politik dan mengerti demokrasi. Sehingga angka golput menurun.
"Perkiraannya tingkat partisipasi (76 persen) tertinggi setelah zaman orba. Tentu menggembirakan dari segi kuantitas. Ada kepedulian terhadap nasib mereka untuk lima tahun ke depan," katanya.
Mengacu pada data tingkat partisipasi pemilih sejak Pemilu 1971, angka Golput terus merangkak naik hingga pesta demokrasi 2009 lalu. Pada Pemilu 1971, partisipasi pemilih mencapai 96,62 persen. Pada Pemilu 1977 turun tipis menjadi 96,52 persen.
Pada Pemilu 1982, menurun ke angka 96,47 persen. Penurunan berlanjut pada Pemilu 1987 yakni menjadi 96,43 persen. Di Pemilu 1992 merosot menjadi 95,06 persen. Penurunan agak tajam terjadi pada Pemilu 1997 yakni menjadi 93,55 persen.
Pada Pemilu 1999, turun lagi ke angka 92,74 persen. Kemudian pada Pemilu 2004, jumlah partisipasi pemilih menurun tajam menjadi 84,07 persen. Nah, pada Pemilu 2009 lalu, terjun bebas ke angka 70,99 persen.
Jadi angka golput di Pemilu 2014 ini turun, satu hal yang patut diapresiasi dari pesta demokrasi di Indonesia."
Seperti kutipan oleh Centre for Strategic and
International Studies (CSIS) diatas, tingginya kesadaran masyarakat Indonesia dalam
menggunakan hak pilihnya pada pemilu tahun 2014 ini harus diapresiasi
setinggi-tingginya. Bagaimana tidak, angka golput atau golongan putih di
masyarakat Indonesia setidaknya turun dari pemilu tahun 2009 lalu, tidak
tanggung-tanggung angka pemilih masyarakat Indonesia naik 6 persen, angka
tersebut membuktikan bahwa besarnya keinginan masyarakat Indonesia untuk
membuat Indonesia lebih baik lagi dimasa yang akan datang, karena suara kita
sangat menentukan untuk perubahan Indonesia yang lebih baik lagi. Banyak sekali
masyarakat Indonesia yang mengharapkan pemimpin dimasa yang akan datang dapat
memajukan bangsa Indonesia tercinta ini dari ketertinggalan zaman serta
bsesarnya harapan rakyat Indonesia untuk dapat hidup dengan sejahtera.
Akan tetapi dari besarnya masyarakat Indonesia yang
menggunakan hak suaranya sebesar 76%, terdapat 14% rakyat Indonesia yang tidak
menggunakan hak suaranya pada pemilu 2014 ini, karena kurangnya kesadaran dari
rakyat Indonesia dalam memaknai arti demokrasi seperti yang sedang dijalani
oleh bangsa kita ini. Disamping kurangnya kesadaran rakyat Indonesia dalam
menggunakan hak suaranya, salah satu factor lain dari masih tingginya angka
golput pada pemilu sekarang ini adalah sudah tidak percayanya masyarakat Indonesia
dengan pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia yang ada sekarang ini.
Masyarakat Indonesia seperti kehilangan figure pemimpin
bangsanya sehingga tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia semakin tinggi. Masyarakat
Indonesia kelak akan mempunyai pemimpin yang mempunyai figur yang sangat kuat
dalam memimpin bangsa Indonesia ini. Oleh karena itu, mari kita sebagai
masyarakat Indonesia yang baik harus ikut mengkampanyekan dalam memerangi angka
golput secara tidak langsung dengan menggunakan hak suara kita dalam pemilu
yang akan datang.Semoga dalam pesta demokrasi yang akan datang angka golput di Indonesia
bias semakin berkurang dari tahun ke tahun, karena suara kita menentukan masa
depan bangsa Indonesia dimasa yang akan datang, Merdekaaa!!!
DAFTAR PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar